Jumat, 13 Oktober 2017

Kitab Seksual dari Jawa Ini Isinya Setara Dengan KAMASUTRA!

Serat Chentini-IST
MASYARAKAT kita mungkin sangat familiar dengan kamasutra. Kitab seksualitas asal India itu memag mendunia namanya. Di dalamnya Anda akan menemukan posisi bercinta yang yahud sampai dengan bagaimana memaksimalkan alat vital yang menjadi andalan Anda di ranjang.

Tapi, jangan bangga dengan kamasutra. Indonesia ternyata juga punya kitab seksualitas, lho. Namanya Serat Chentini. Semacam nama gadis desa, bukan? Tapi, begitulah namanya.

Diketahui dari berbagai sumber, Serat Chentini adalah kamasutra versi Jawa. Banyak pengamt Sastra Jawa yang menyebutkan bahwa Chentini ini khasiatnya lebih “Jreeeeng!” dibandingkan kamasutra asli India. Di buku itu, ada banyak hal seksualitas yang dibahas. Bukan melulu membahas seks, tetapi juga di Chentini Anda akan belajar mengenai hal-hal yang tidak dilakukan khususnya yang mengikuti hawa nafsu manusia semata.

Sebelumnya, jika kita merujuk pada budaya perempuan Jawa, rasanya mustahil Chentini hadir di sana. Pasalnya, perempuan Jawa dikenal sangat malu-malu, penuh dengan sopan santun dan tatakrama, pendiam, dan sangat berbakti pada suami, dan rasanya tabu untuk membicarakan masalah sekualnya.

Namun, tidak demikian halnya dengan Chentini. Kitab itu secara gamblang membahas masalah seksual yang mungkin kurang nyaman bahkan untuk dipelajari.

Perlu Anda ketahui sedikit, kitab ini pertama kali ada diperkirakan pada abad ke-19 yang terdiri atas 722 tembang (lagu Jawa). Chentini ternyata punya nama lain, yaitu Suluk Tembangraras. Karya sastra ini dibuat oleh tiga pujangga keraton Surakarta, yaitu Yasadipura 11, Ranggasutrasna, dan R. Ng. Sastradipura. Sebetulnya, ketiga pujangga ini pun mencipta Chentini atas perintah K. G. P. A. A. Amengkunegara II.

[BACA JUGA: 5 Kesalahan Pria Saat ML yang Bikin Wanita Susah Orgasme]

Sementara itu, yang menjadi menarik dari pembuatan kitab ini adalah proses pembuatannya itu sendiri. Jadi, di zaman itu, rasanya sangat tabu untuk membicarakan masalah ranjang. Kehidupan keraton juga bisa dikatakan sangat kuno. Namun, entah bagaimana tiga pujangga itu mampu menceritakan dengan blak-blakan masalah Mr P dan Miss V.

Pembahasan yang diangkat pun benar-benar masalah ranjangnya. Jadi, bagaimana permainan seks yang nikmat, baik itu untuk di pria maupun perempuan. Kemudian, masalah mempercepat orgasme perempuan juga dipaparkan dengan cukup baik di Chentini.

Sedikit tambahan, kemunculan Serat Chentini di tanah Jawa seakan-akan keluarbiasaan yang patut dibanggakan. Dijelaskan Otto Sukatno CR dalam bukunya yang berjudul “Seks Para Pangeran: Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa (Bentang, 2002), Chentini hadir di kala kebudayaan Jawa masa kejayaan keraton yang bersifat represif-feodalistil.

Meski dengan background sejarah seperti itu, pencipta Serat Chentini sepertinya punya pemikiran jauh ke depan. Bisa menerka bagaimana seksualitas menjadi hal penting yang memang harus diketahui banyak orang, termasuk mereka yang berada di luar keraton pastinya. tertarik untuk mempelajarinya?


EmoticonEmoticon